Setelah nyaris 3 tahun lalu bersepeda dari Jayang-dong ke Munji-dong, minggu kemaren akhirnya bersama pasukan KAIST Indonesia, ber-9, kembali menyusuri sungai Gapcheon (ada rekursi di sini, cheon itu artinya sungai, jadi sungai Gapcheon artinya sungai sungai Gap... anyway, tidak perlu dibahas dulu...), sungai Yudeungcheon dan sungai Daejeoncheon dari kampus KAIST di Guseong-dong, Yuseong-gu, ke downtown dekat stasiun Daejeon di Eunhaeng-dong, Chung-gu sejauh kira2 10 kilometer.
Setelah sempat was-was karena jam satu siang cuaca cukup mendung plus hujan setetes dua tetes, alhamdulillah di waktu keberangkatan jam dua siang akhirnya cuaca cerah kembali walaupun angin bertiup cukup lumayan dingin. Perjalanan dimulai dari kolam bebek, setelah berfoto dan berdoa bersama, lalu turun ke jalur sepeda di sisi sungai Gapcheon. Kemudian berjalan (bersepeda, maksudnya) ke arah timur, sampai jembatan Expo, sejauh kira-kira 2 kilo 450 meter. Kemudian naik ke jembatan Expo (foto2 dulu sesaat, demi memuaskan nafsu kenarsisan) menyeberang ke sisi selatan dan dilanjutkan menyusuri sungai Gapcheon ke arah timur lalu belok kanan menyusuri sungai Yudeungcheon. Di sepanjang jalur sungai Yudeongcheon, sebelah barat, ternyata sudah dijadikan padang golf mini di sekitar bunga-bunga kuning... hmm.. apa jenisnya, gak tau juga... chrysanthemum (?) yang mulai bermekaran. Tentu saja, pasukan bersepeda tak lupa kembali berfoto demi kelancaran selama perjalanan.
Setelah kurang lebih 2.8 km (menurut peta) menyusuri sungai Yudeungcheon, perjalanan dilanjutkan dengan berbelok ke arah tenggara menyusuri sungai Daejeoncheon. Karena boss mafia gak ngeh sama jalur nyebrang yang lebih mudah, jadinya dari Yudeungcheon ke Daejeoncheon terpaksa naik dulu ke atas jembatan Samcheongyo (ini juga rekursif, soalnya gyo artinya jembatan, jadi jembatan Samcheongyeo artinya jembatan jembatan Samcheon), menyeberangi sungai Yudeungcheon lalu masuk jalur sepeda sungai Daejeoncheon. Kemudian, entah di km berapa, ternyata beberapa anggota regu memilih rute berseberangan dengan kepala regu. Jadinya, setelah sekitar hampir 3.5 km, kami sampai di tepian sungai Daejeoncheon di dekat jembatan Mokcheokgyo dekat mushola An-Noor, pada sekitar pukul tiga sore, dengan dua grup: satu di sisi barat, satu di sisi timur. Walaupun nasi baryani ada di sisi timur, karena ketua regu boss mafia ada di sisi barat, jadinya acara kami lanjutkan dengan makan-makan nasi baryani di tepian sungai Daejeoncheon sebelah barat sambil mendengarkan alunan lagu-lagu dari talenan android.
Setelah makan, lalu mabuk2an tanpa soju, acara dilanjutkan dengan sholat Ashar bagi mereka yang merayakan, eh, berkewajiban melaksanakan di mushola An-Noor. Tadinya berharap masih dapat sisa sate cak Mat, tapi ternyata makan2 sate acara Imnida bukan di sana.. heheh... Setelah sholat, bincang2 dikit, lalu perjalanan pulangpun dimulai pada pukul enam sore. Setelah sedikit insiden kunci gembok yang nyaris patah, kemudian ada maho (hahaha), dan berfoto sejenak dengan latar belakang air mancur berirama di Mokcheokgyo, perjalanan pulang dimulai dengan menyusuri sungai Daejeoncheon sebelah timur, lalu belok ke sungai Yudeungcheon. Tak lupa mampir di pasar ikan Hanbat untuk membeli tiga ekor ikan (entah apa namanya) dan beberapa tusuk odeng. Kemudian perjalanan pulang dilanjutkan kembali, dan sampai di gerbang KAIST sekitar maghrib, jam tujuh seperempat. Acara ditutup dengan makan nasi goreng di W7 sampai selesai.
Dari event ini, yang patut dicermati adalah keseriusan pemerintah setempat menyediakan jalur bersepeda dan fasilitas istirahat di sepanjang sungai, yang cukup bersih. Tanpa kesulitan berarti, 10 km dilalui dalam waktu kurang dari 1 jam (sudah termasuk foto2) pada jalur sepeda yang nyaman dan udara yang bersih.
Setelah sempat was-was karena jam satu siang cuaca cukup mendung plus hujan setetes dua tetes, alhamdulillah di waktu keberangkatan jam dua siang akhirnya cuaca cerah kembali walaupun angin bertiup cukup lumayan dingin. Perjalanan dimulai dari kolam bebek, setelah berfoto dan berdoa bersama, lalu turun ke jalur sepeda di sisi sungai Gapcheon. Kemudian berjalan (bersepeda, maksudnya) ke arah timur, sampai jembatan Expo, sejauh kira-kira 2 kilo 450 meter. Kemudian naik ke jembatan Expo (foto2 dulu sesaat, demi memuaskan nafsu kenarsisan) menyeberang ke sisi selatan dan dilanjutkan menyusuri sungai Gapcheon ke arah timur lalu belok kanan menyusuri sungai Yudeungcheon. Di sepanjang jalur sungai Yudeongcheon, sebelah barat, ternyata sudah dijadikan padang golf mini di sekitar bunga-bunga kuning... hmm.. apa jenisnya, gak tau juga... chrysanthemum (?) yang mulai bermekaran. Tentu saja, pasukan bersepeda tak lupa kembali berfoto demi kelancaran selama perjalanan.
Setelah kurang lebih 2.8 km (menurut peta) menyusuri sungai Yudeungcheon, perjalanan dilanjutkan dengan berbelok ke arah tenggara menyusuri sungai Daejeoncheon. Karena boss mafia gak ngeh sama jalur nyebrang yang lebih mudah, jadinya dari Yudeungcheon ke Daejeoncheon terpaksa naik dulu ke atas jembatan Samcheongyo (ini juga rekursif, soalnya gyo artinya jembatan, jadi jembatan Samcheongyeo artinya jembatan jembatan Samcheon), menyeberangi sungai Yudeungcheon lalu masuk jalur sepeda sungai Daejeoncheon. Kemudian, entah di km berapa, ternyata beberapa anggota regu memilih rute berseberangan dengan kepala regu. Jadinya, setelah sekitar hampir 3.5 km, kami sampai di tepian sungai Daejeoncheon di dekat jembatan Mokcheokgyo dekat mushola An-Noor, pada sekitar pukul tiga sore, dengan dua grup: satu di sisi barat, satu di sisi timur. Walaupun nasi baryani ada di sisi timur, karena ketua regu boss mafia ada di sisi barat, jadinya acara kami lanjutkan dengan makan-makan nasi baryani di tepian sungai Daejeoncheon sebelah barat sambil mendengarkan alunan lagu-lagu dari talenan android.
Setelah makan, lalu mabuk2an tanpa soju, acara dilanjutkan dengan sholat Ashar bagi mereka yang merayakan, eh, berkewajiban melaksanakan di mushola An-Noor. Tadinya berharap masih dapat sisa sate cak Mat, tapi ternyata makan2 sate acara Imnida bukan di sana.. heheh... Setelah sholat, bincang2 dikit, lalu perjalanan pulangpun dimulai pada pukul enam sore. Setelah sedikit insiden kunci gembok yang nyaris patah, kemudian ada maho (hahaha), dan berfoto sejenak dengan latar belakang air mancur berirama di Mokcheokgyo, perjalanan pulang dimulai dengan menyusuri sungai Daejeoncheon sebelah timur, lalu belok ke sungai Yudeungcheon. Tak lupa mampir di pasar ikan Hanbat untuk membeli tiga ekor ikan (entah apa namanya) dan beberapa tusuk odeng. Kemudian perjalanan pulang dilanjutkan kembali, dan sampai di gerbang KAIST sekitar maghrib, jam tujuh seperempat. Acara ditutup dengan makan nasi goreng di W7 sampai selesai.
Dari event ini, yang patut dicermati adalah keseriusan pemerintah setempat menyediakan jalur bersepeda dan fasilitas istirahat di sepanjang sungai, yang cukup bersih. Tanpa kesulitan berarti, 10 km dilalui dalam waktu kurang dari 1 jam (sudah termasuk foto2) pada jalur sepeda yang nyaman dan udara yang bersih.
Comments