Skip to main content

5 Recommendations of Culinary, Daejeon

Jikalau anda sempat-sempatnya mengunjungi kampung sawah besar di tengah-tengah semenanjung Korea, saya rekomendasikan untuk memuaskan hawa nafsu duniawi anda di lima tempat berikut ini:



1. Sindo Kalkuksu
Restoran kalkuksu yang terletak di pelosok Eunhaengdong, sekitar beberapa ratus meter saja di sekitar Daejeon station. Di dinding restoran digantung beberapa mangkok yang digunakan di restoran itu sejak tahun 50an, mulai dari mangkok yang mirip baskom kecil dari kaleng, hingga mangkok metal yang digunakan saat ini. Kuah supnya (kuksu) menggunakan resep turun temurun yang diciptakan oleh si harmoni pendiri restoran, sebagaimana ditampilkan di dinding sebelah lain dari restoran. Menu utamanya adalah satu mangkuk kalkuksu, yaitu mih dengan kuah dengan kaldu ikan, seharga 3,500 won. Kita juga bisa memesan dubuduri chigi, yaitu dubu (tahu), bawang2an, dan cumi-cumi yang dimasak dalam kuah pedas seharga 7,000 won. Selain memakannya secara terpisah, dubuduri chigi juga bisa ditambahi (bahasa sininya di-sari) mih kalkusunya, dan kuahnya dihidangkan terpisah. Cocok baik di hari panas maupun hari dingin. Sup kalkuksunya sangat terasa gurihnya, dan dubuduri chigi nya sangat maknyos pedasnya.


2. Dongsoye Sengson-gui
Ayam, eh ikan bakar murah lezat yang letaknya di seberang stadium baseball Hanbat, tidak sampai 2 km dari Daejeon station. Warung bakar ini, katanya, paling top di Daejeon. Selain rasanya enak, harganya pun murah. Satu ekor ikan lengkap dengan nasi dan banchan dihargai 4 ribu won saja. Jika ingin tambah ikan, cukup bayar setengahnya. Banchan nya pun menarik, kimchi yang masih segar (pedasnya masih terasa, dan tidak asam), kue ikan atau odeng, udang atau teri kering yang dicampur dengan cabe hijau serta sayuran hijau dan tauge. Sebagai pelengkap juga disajikan sup kacang kedelai yang dimasak dengan sawi dan kerak nasi yang diberi air. Sedangkan untuk cocolan, disediakan campuran kecap asin dan wasabi, dan kecap asin yang dicampur dengan irisan bawang dan cabe. Warung ini menyediakan empat jenis ikan dengan harga yang sama: gulbi (ikan yellow corvina), kkongchi (ikan saury), godeung-eo (ikan mackerel) dan samchi (ikan mackerel juga, tapi jenis lain).  Kalau sedang penuh, biasanya kita disuruh menunggu di depan warung, duduk di bangku kayu sambil melihat si ajumma mengipas-ngipas panggangan ikan. Di musim dingin mereka menutup tempat tunggu dengan terpal dan menyediakan penghangat minyak tanah.


3. 5.5 Dakkalbi
Tadinya saya mau merekomendasikan Yugane Dakkalbi yang biasa dijadikan langganan buat makan bersama di downtown Daejeon, tapi dari segi kuantitas warung 5.5 lebih menjamin kebahagiaan bagi perut anda tanpa mengurangi kualitas yang serupa dengan Yugane. Dakgalbi berupa potongan ayam tanpa tulang (di beberapa warung ada juga yang disertai tulang) berbumbu pedas yang ditumis bersama sayur kol, ttok, daun bawang, kentang dan ubi (kadang-kadang juga dengan jamur dan dedaunan lain) di wajan datar dengan diameter besar yang disediakan di setiap meja. Cara makannya yaitu dengan membungkus campuran dakgalbi yang sudah matang beserta potongan cabe hijau yang bisa dicocol ke saus cabe di dalam daun selada (lettuce) dan daun perilla. Asyiknya di 5.5, suasananya lebih bersahabat dimana kita bisa dengan mudah minta ttok-nya ditambah lebih banyak, banchan-nya lebih banyak, sayurnya lebih banyak, plus eskrim gratis yang bisa kita isi sendiri ke dalam cone. Cukup seharga 5,900 won per porsi tanpa tambah ongkos karena letaknya dibelakang kampus.


4. Samdaecche Sundubu
Restoran sundubu, alias sup tahu, yang terletak di daerah Dunsan tidak jauh dari Government Complex Daejeon, persisnya di Manyeon-dong di sekitar Daejeon Art Hall di tempat di mana kita bisa menemukan banyak restoran. Di sini kita bisa menikmati haemul sundubu alias seafood sundubu seharga 6,000 won per porsi sudah lengkap dengan dubu (tahu) yang berenang dalam kuah pedas bersama udang, cumi, gurita kecil, jamur, dan sayur-sayuran plus nasi putih. Banchan-nya juga lumayan oke, tidak hanya kimchi sawi dan kimchi lobak, tapi juga ikan teri, odeng, kacang, dan sayur lainnya. Agak beda dengan umumnya sundubu chigae di warung-warung makan, di sini sundubunya tidak disajikan dalam hot bowl, tetapi lebih mirip seperti shabu-shabu, yakni disajikan di dalam panci lebar, dengan kompor kecil untuk mematangkan supnya. Selain itu, kalau beruntung (mungkin kalau pesan cukup banyak), kita bisa dapat oleh-oleh satu bungkus dubu mentah untuk kita olah sendiri di rumah. Mereka juga menjual snack dubu (alias keripik tahu).


5. Hanbang Samgyetang
Satu lagi rekomendasi yang letaknya di belakang kampus, restoran ayam kuah ginseng bernama Hanbang. Samgyetang kalau diterjemahkan bisa berarti sup ayam ginseng (“sam” pada samgyetang adalah ginseng, “gye” adalah ayam yang berasal dari bahasa China, dan “tang” adalah sup). Samgyetang disajikan dalam sebuah mangkuk besar terbuat dari batu yang berfungsi seperti hot plate untuk menjaga makanan tetap panas. Isinya adalah seekor ayam kecil yang diisi dengan beras dan dimasak dalam kuah berbumbu ginseng dan biasanya disertai pula dengan sejenis kacang-kacangan. Dalam satu set sajian samgyetang, selain side dish utama kimchi dan lobak atau potongan bawang bombay, disediakan pula garam untuk menambah rasa pada kuah sup yang hambar. Harga satu porsi lumayan mahal buat mahasiswa kere, karena itu cukup direkomendasikan terakhir saja, yaitu 9 ribu won.

Sebenarnya masih ada beberapa lagi yang bisa dimasukkan rekomendasi, tapi itu nanti saja kalau ada yang berkunjung ke Daejeon, ajak saya makan2... :D

Edit: sesuai saran oom waar, ini saya tambahkan juga sedikit foto dari masing-masing restoran. Foto 1 dan 3 nyomot dari naver.com, soalnya masih ada di kamera

Comments

warna warni said…
kurang sreg tanpa poto nih pak lurah :D
Houari Sabirin said…
iya, fotonya sedang dikumpulkan
Hendry Tan said…
Setuju buat rekomendasi no. 2, 3, dan 5

Buat no. 1: gue lebih rekomen ossi-kalguksu. lokasi tanya aja mbak nuri. doi hobi makan kalguksu disana ^__^

Buat no. 4: gue lebih rekomen dubuduruchige di sodalguchi (jeonmindong)

soal resto sodalguchi, ini resto punya banyak menu yang menarik lho ^__^
Hendry Tan said…
eh... salah. no. 4 bukan sodalguchi. hihihihi... gara2 inget lu ada nulis soal dubuduruchige gue jadi ingat tuh resto

eniwei... gue ralat deh rekomen buat no. 4. so far belom menemukan resto sundubu yang oke bgt. itu rekomendasi lu buat no. 4 dari resto tempat kita makan waktu teacher day itu yah?
Houari Sabirin said…
yg dubuduri sodalguchi saya udah pernah, tapi di nomer 1 lebih enak soalnya pakai kalkuksu itu. klo ossi kalkuksu.. belum pernah ke sana sih..

yep, yg sundubu itu yg pas teacher day.
hafiz ahmad said…
ttakkalbi di downtown yang satu lagi ga masuk rekomendasi ya, pak? itu, yang royal kasih sayuran. dan pas kita mau lebih pedas, yang ditambahin malah cabe ijo yang selalu kurang pedas itu.. ^^;;
Houari Sabirin said…
gak masuk pak, tidak seenak 5.5
hafiz ahmad said…
pantes, cuma sekali diajak mampir k sana dan ga pernah menginjakkan kaki kembali... XD
warna warni said…
aduuuh jd sluurp nih pak lurah.... :D

Popular posts from this blog

Palbong Bakery House, Cheongju

Karena nonton drama Kim Tak Gu, kisah si anak (haram) boss tukang roti, yang berjumlah 30 episode, dan setiap episode berdurasi 1 jam-an, jadinya terkena cuci otak berupa mengunjungi Palbong Bakery House tempat si Tak Gu belajar menjadi ahli roti. Lokasi shooting-nya ada di Soam-gol, Cheongju. Di kaki sebuah bukit di Sangdang-dong. Seperti lazimnya lokasi shooting, hanya tampak luar sahaja yang sesuai dengan apa yang ditampilkan di drama. Bagian dalam dari Palbong Bakery mungkin di-shoot di lokasi lain. Di Palbong Bakery yang di Cheongju ini isinya sekarang cafe kecil yang juga menjual roti (roti kampung, katanya...) bukannya rotinya si Tak Gu. Di lantai dua, kalau di drama-nya ceritanya adalah dapur roti, aslinya adalah sofa-sofa tempat pengunjung bisa santai-santai menikmati pemandangan kota Cheongju. Di Soam-gol nya sendiri, sebuah kampung dengan gang-gang di kaki gunung, sepertinya juga tempat shooting drama yang lain, soalnya ada foto-foto scene drama dan artis2nya. Se

Walküre 3rd Live - Walküre wa Uragiranai at Yokohama Arena

Jadi tahun ini akhirnya ada kesempatan ikut bermoyasu bersama dengan Walküre di 3rd live event di Yokohama Arena. Itu juga cuma dapat tiket berdiri di belakang baris terakhir di lantai 2, dan dengan sukses nonton setengah panggung dan setengah punggung orang di depan 😆. Sedangkan hari kedua gak dapat tiket dan mau nonton live viewingnya di Toho juga asa kumaha gitu... kalau kata kang Yayan mah kurang greget (tidak sambil menggerek leher pakai lampu TL). Anyway, jadi berikut ini sekilas highlight konsernya. Pagi-pagi habis subuh jadinya langsung melesat ke stasiun ke Shin-Yokohama, berkaca dari pengalaman di masa lalu dalam perihal mengantre buat concert goods. Jadi jam setengah 8an lebih akhirnya sampai di Yokohama Arena dan langsung kucluk-kucluk nyari tempat orang mengantre. Ekspektasinya sih udah mengular tapi ternyata jam segitu baru sekitar ada 30an orang. Yoy!! Mission accomplished! Cukup lah buat bisa dapet goods yang dikecengin. Kecuai kalau 30 orang itu pada bel