Skip to main content

Procedural Diagnosis ala Korea

Awal puasa ini, karena cuaca musim panas lumayan panas (hence, disebut musim hareudang), sedangkan di dalam ruangan ac lumayan kencang dan dingin, semuanya berpadu dengan perut yang baru saja dikosongkan, hasilnya kena flu lumayan berat. Hidung tersumbat, lanjut ke kepala pening di sisi yang sama dengan lobang hidung yang tersumbat, termasuk ingus yang dengan cerianya keluar tak kenal lelah dan tak lupa sedikit batuk.
Setelah 2 kali neozep tidak mempan, akhirnya sore-sore memutuskan untuk periksa dokter di rumah sakit, itu juga setelah disuruh pulang sama si babe melihat saya berkerudung selimut di lab sambil terbatuk-batuk (mungkin juga khawatir saya terkena flu babi, walaupun saya gak pernah bobok sama babi). Karena gak tau ke mana di rumah sakit harus menghubungi dokter di sebelah mana, ternyata sama petugas resepsionisnya dimasukkan ke ruang gawat darurat. Masuk ruang gawat darurat, disuruh tunggu beberapa saat, gak lama datang deh susternya bawa-bawa pengukur suhu dan pengukur tekanan darah. Disuruh duduk di atas tempat tidur berjalan. Di cek suhu, normal2 sahaja ternyata, alhamdulillah masih 36 (berarti terbukti tidak pernah bobok sama babi), tekanan darah pun normal. Habis itu ditanya-tanya, punya sakit berat? diabetes? asam urat... apa lah.. pokoknya beberapa jenis penyakit yang saya gak punya (memang tidak ditanya obesitas, tapi saya kan sudah langsing). Habis itu kirain mau dikasih obat atau bagaimana, eh malah disuruh bobok di tempat tidur berjalan itu, terus dibawa ke tempat orang-orang dirawat di gawat darurat... ada nenek2 yg terkapar, ada anak kecil yg berdarah2... walah serem.. padahal cuma pilek2 doang...

Setelah tunggu beberapa lama (sempat juga berfoto dengan pose wajah sekarat di atas tempat tidur), datang deh dokter, nanyain lagi hal yang sama sama si suster. Terus ditanyain juga, minum obat apa. Kebetulan neozepnya dibawa, diliatin ke dokternya. Dia manggut2.. kayak yang ngerti.. Setelah itu dia pergi... dan.. kembali membawa... botol infus!! Bagusnya (atau malangnya?) sebelum infus itu diberikan, dia jelasin dulu kalo ni infus, dan habis itu harus cek darah, cek urine, dll, bakal menghabiskan biaya 70-80 ribu won. Mengapa dijelaskan, soalnya saya pas sakit ini pas asuransi belum diurus ulang, jadi biaya ini itu-nya mesti bayar sendiri. Lalu saya protes, kok cuma flu biasa doang, kenapa gak kasih obat aja? Dia bilang, harus periksa2 dulu baru deh bisa nentuin obat apa yang harus dikasih. Wadoohh... sudah begitu saya bilang, nggak deh... Akhirnya melarikan diri dari ruang gawat darurat, dan merasa tiba2 flunya hilang XD XD Duh, kirain sama dokternya juga cuma diperiksa ini itu lalu kasih obat. Seperti di Indonesia. Oh, saya alhamdulillah, belum pernah diopname, diinfus pun tak pernah. Paling parah pun cuma waktu operasi pembuangan kulit kemaluan :D.

Ternyata di Korea ini kalau kita ke rumah sakit buat periksa, apalagi kalo susah ngomong Korea, jadi gak bisa protes secara baik dan benar, pemeriksaannya harus bener-bener, sesuai prosedur yang sudah ditetapken, mulai dari cek ini,cek itu, periksa ini, periksa itu, baru dapat obat (atau lebih parah, baru diopname). Gak saya saja ternyata. Beberapa teman mahasiswa asing lain juga cerita, ada yang istrinya sakit, sudah tau sakitnya apa di mana, tapi sama susternya ditarik2 buat tes ini itu... Secara gak bisa ngomong bahasa pribumi, susternya pun susah ngomong Sunda, eh, Inggris (kadang2 dokternya juga jarang yg bisa berbahasa Inggris yang baik dan benar), jadinya gak ada jalan lain selain menerima apa adanya. Mungkin maksudnya baik, jadi si pasien itu dikasih obat yang benar-benar sesuai dengan penyakitnya (bukan dikasih obat sesuai anjuran pabrik obat). Jadi kepikiran, apa mungkin kalau gak ikut prosedur lalu kasih obat, lalu ternyata obatnya gak mempan, dokternya takut dituntut yah? Mungkin di sini kalau menurut sang pasien dokternya gak becus lalu komplain, gak bakalan di penjara seperti kasus ibu P yang komplain pelayanan di rumah sakit O di sebuah kota J di negri I.

Lalu bagaimana nasibnya flu saya? Alhamdulillah, setelah 2 bungkus neozep akhirnya sembuh juga.. lebih alhamdulillah lagi tidak perlu batal puasa, tidak perlu infus, cukup makan makanan bergizi di waktu sahur dan berbuka (alias kadang2 nebeng di rumah pak preman buat makan :D ), dan sedia selimut di lab dikala ac terlalu dingin.

Jadi, jagalah kesehatan...

Comments

hahaha.. sama hou wkt gw kmrn suhu naik turun di summer yg ga jelas gini.. tapi gak sampe bawa selimut sih. cuma bawa jaket. walopun trus gak kuat juga batuk2 mulu. jadi separo hari doang di lab.

ngomong2 soal procedural diagnosis, ada temen sekampung kita yg dulu lagi sakit maag parah (karena kena kimchi kali yaaa dan lupa bawa obat maagnya) pergi ke rumah sakit langsung di-infus dan dijadwalkan operasi besok paginya karena dikira usus buntu! =)) akhirnya hasil pemeriksaan lanjut menyatakan bukan usus buntu. setelah dikasih obat maag, doi pulang (infusnya cuma nongkrong 1jam).
Maseko Sakazawa said…
alhamdulillah, ternyata biaya periksa di sana cukup jadi obat yg manjur utk penyakit flu asing :)
Houari Sabirin said…
@mami
karena itu kali ya makanya pemeriksaannya harus menyeluruh.. ternyata dokter Korea gak sepinter dokter di negri kita :D

@maseko
heheheh... 70 ribu won dapat neozep berapa truk??
Maseko Sakazawa said…
kalo dibeliin itemnya morning musume?!?!

Popular posts from this blog

Palbong Bakery House, Cheongju

Karena nonton drama Kim Tak Gu, kisah si anak (haram) boss tukang roti, yang berjumlah 30 episode, dan setiap episode berdurasi 1 jam-an, jadinya terkena cuci otak berupa mengunjungi Palbong Bakery House tempat si Tak Gu belajar menjadi ahli roti. Lokasi shooting-nya ada di Soam-gol, Cheongju. Di kaki sebuah bukit di Sangdang-dong. Seperti lazimnya lokasi shooting, hanya tampak luar sahaja yang sesuai dengan apa yang ditampilkan di drama. Bagian dalam dari Palbong Bakery mungkin di-shoot di lokasi lain. Di Palbong Bakery yang di Cheongju ini isinya sekarang cafe kecil yang juga menjual roti (roti kampung, katanya...) bukannya rotinya si Tak Gu. Di lantai dua, kalau di drama-nya ceritanya adalah dapur roti, aslinya adalah sofa-sofa tempat pengunjung bisa santai-santai menikmati pemandangan kota Cheongju. Di Soam-gol nya sendiri, sebuah kampung dengan gang-gang di kaki gunung, sepertinya juga tempat shooting drama yang lain, soalnya ada foto-foto scene drama dan artis2nya. Se

Walküre 3rd Live - Walküre wa Uragiranai at Yokohama Arena

Jadi tahun ini akhirnya ada kesempatan ikut bermoyasu bersama dengan Walküre di 3rd live event di Yokohama Arena. Itu juga cuma dapat tiket berdiri di belakang baris terakhir di lantai 2, dan dengan sukses nonton setengah panggung dan setengah punggung orang di depan 😆. Sedangkan hari kedua gak dapat tiket dan mau nonton live viewingnya di Toho juga asa kumaha gitu... kalau kata kang Yayan mah kurang greget (tidak sambil menggerek leher pakai lampu TL). Anyway, jadi berikut ini sekilas highlight konsernya. Pagi-pagi habis subuh jadinya langsung melesat ke stasiun ke Shin-Yokohama, berkaca dari pengalaman di masa lalu dalam perihal mengantre buat concert goods. Jadi jam setengah 8an lebih akhirnya sampai di Yokohama Arena dan langsung kucluk-kucluk nyari tempat orang mengantre. Ekspektasinya sih udah mengular tapi ternyata jam segitu baru sekitar ada 30an orang. Yoy!! Mission accomplished! Cukup lah buat bisa dapet goods yang dikecengin. Kecuai kalau 30 orang itu pada bel