Skip to main content

Grand Masjid of Xi'an, China

Mau menceritakan tentang Mesjid Agung Xi'an di China yang dikunjungi beberapa minggu yang lalu. Beberapa bagian isi tulisan ini disadur dari buku panduan Mesjid Agung Xi'an yang diberikan kalau kita membeli tiket di pintu gerbangnya.
Mesjid yang didirikan tahun 742 pada saat pemerintahan Dinasti Tang ini terletak di sekitar tengah-tengah kota Xi'an, hampir persis mesjid2 agung yang ada di kota2 di Indonesia. Lokasi persisnya terletak di belakang Muslim street, agak tersembunyi di balik toko-toko dan restoran-restoran. Dari tengah-tengah kota Xi'an, sekitar apa yang dinamakan Bell Tower (mirip2 Namdaemun di Seoul, tapi ada genta besarnya, hence "bell tower"), kita berjalan kira2 100 meter ke Barat, menemukan Drum Tower (seperti Bell Tower, tapi banyak bedugnya, hence "drum tower"), tepat di belakangnya itulah Muslim street. Sebuah jalan yang membentang utara dan selatan di sisi kiri dan kanannya banyak restoran-restoran yang menyediakan masakan khas kaum Hui, juga toko-toko oleh-oleh seperti manisan-manisan (mirip di Cianjur) dan souvenir-souvenir khas Xi'an seperti kartu pos, gantungan kunci dan patung2 miniatur Terracota Army, maupun toko kain. Nggak banyak yang saya ketahui tentang masakan-masakan yang dijual di restoran-restoran itu selain yang kelihatan, seperti kaki kambing, tumisan lobak, sate sayap ayam, mi kocok sapi, sup pangsit, sup daging dan bihun, dan lain-lain. Err... mari kita kembali membahas mesjid.. ^_^;;;
Dari Muslim street, kita bisa menuju mesjid melalui sebuah lorong di sebelah barat Muslim street, tepat di depan jalan masuk Muslim street sebelah selatan. Di lorong itu kiri-kanannya banyak toko oleh-oleh. Kira-kira kurang dari 5 menit, kita bisa segera menemukan dinding mesjid di sebelah kiri. Di pintu gerbang, kita bisa membeli tiket seharga 25 yuan (kira2 kurang dari 5000 won). Begitu masuk, kita bisa melihat gerbang kayu yang dibangun awal abad 17, yang pada saat saya datang,sudah diberi pembatas seperti police line, mungkin karena sudah tua jadi gak boleh dipegang2. Di belakang gerbang itu kita bisa melihat area halaman mesjid yang benar-benar tidak seperti mesjid yang biasa kita lihat. Semua bangunan dan gerbang-gerbang di dalamnya dibangun dengan arsitektur China. Luas halaman mesjid sekitar 13,000 meter persegi dan terbagi atas 4 halaman. Di halaman pertama, di sisi kiri dan kanan gerbang kayu tadi, ada semacam museum yang menyimpan furniture tua buatan jaman Dinasti Ming dan Qing.
Melewati gerbang kedua yang dinamakan Five Room Hall (karena ada lima ruang di gerbang itu), kita bisa menemukan halaman kedua. Di sana terdapat tiga gerbang kecil yang saling bersisian, dikelilingi pagar batu di sisi kiri dan kanannya. Kabarnya gerbang ini dibangun pada masa Dinasti Ming. Di gerbang utama kita bisa melihat tulisan China yang artinya "Halaman Surga". Di belakang gerbang itu terdapat dua buah monumen batu di sebelah kiri dan sebelah kanan dengan ornamen China di puncaknya. Masing monumen bertuliskan cerita mengenai perbaikan mesjid di masa Dinasti Ming dan Qing. Di sisi kiri dan kanan halaman kedua ini juga terdapat ruangan-ruangan yang digunakan mungkin buat madrasah atau museum, saya gak sempat masuk ke dalamnya.
Memasuki halaman ketiga, terdapat Imperial Hall yang katanya bangunan tertua di mesjid itu. Di sana terbata batu yang dinamakan "The Moon Tablet", ditulis oleh seorang mendiang imam ternama mengenai perhitungan kalender Islam. Di tengah-tengah halaman ketiga kita bisa melihat minaret mesjid (yang lagi2 tidak terlihat seperti minaret mesjid umumnya) dua tingkat berarsitektur China yang digunakan buat adzan. Di bagian selatan minaret terdapat ruang penerimaan tamu penting (bukan turis miskin.. :D ) dan di sebelah utara ada ruang belajar yang katanya di dalamnya tersimpan Quran tulisan tangan dari masa Dinasti Ming dan peta kota Mekkah dari masa Dinasti Qing. Di bagian timur, ada satu bangunan yang digunakan sebagai tempat berwudhu.
Melalui gerbang terakhir, kita akhirnya menuju halaman keempat di mana terletak apa yang dinamakan "The One God Pavilion". Paviliun ini berbentuk segi enam dengan sisi atap menghadap ke atas dan bagian atasnya menonjol keluar. Kedua sisinya berbentuk segitiga dan menghadap terbalik, sehingga seluruh paviliun ini terlihat seperti burung yang membuka sayap dan siap terbang, makanya dijuluki juga "The Phoenix Pavilion". Di bawah sisi atap ada pahatan berbentuk naga bertuliskan "One God" ditulis oleh pejabat tinggi masa pemerintahan Dinasti Ming. Di kedua sisi paviliun juga terdapat ruangan penerimaan tamu untuk pejabat-pejabat dan jendral-jendral kerajaan untuk mengumumkan pengumuman resmi dari kaisar. Di dalamnya terdapat benda-benda dari masa Ming dan Qing (lagi-lagi, mungkin karena datang terlalu pagi, saya gak sempat masuk ke dalamnya). Di sebelah selatan ruangan ini terdapat batu-batu yang bertuliskan teks mengenai mesjid di masa Dinasti Tang, dan juga jam matahari terbuat dari batu.
Di ujung halaman terdapat bangunan utama mesjid, digunakan buat sholat yang bisa menampung seribuan jemaah. Atapnya berwarna biru dan langit-langitnya bertuliskan teks klasik entah apa ^^;; Di dalam ruang mesjid, di sekelilingnya tertulis ayat-ayat Quran pada 600 papan kayu besar, 30 di antaranya dalam bahasa China. Kompleks mesjid ini baru dibuka untuk turisme pada tahun 1978. Mungkin karena untuk keperluan turisme ini, pintu mesjid sengaja ditutup dan diberi tulisan "dilarang masuk". Kompleksnya sendiri buka mulai pukul 8 pagi hingga 7 malam. Kecuali bisa meyakinkan penjaga gerbang bahwa kita ke sana mau sholat, jangan berharap bisa masuk setiap saat ^^;;; (Agak-agak mirip mesjid di Maroko, yang hanya buka pada tiap waktu sholat).
Di kota Xi'an sendiri, kabarnya ada mesjid lain selain mesjid ini, sayang sekali tidak sempat dikunjungi. Saya berkunjung ke mesjid ini pagi-pagi sebelum siangnya mesti pulang ke Korea. Tepat ketika sampai di depan gerbang mesjid, bapak penjaga gerbangnya pun belum buka loket, jadi saya beli loket lewat pintu samping (kebetulan pas datang pas jam delapan kurang 1 menit.. ). Mudah-mudahan lain kali bisa ke sana buat sholat.

Comments

boni pudjianto said…
Bagus Mas liputannya ... jd kengen jalan2 kesana cuma jauh bin hese' jigana (alias mahal juga).
boni pudjianto said…
Bagus Mas liputannya ... jd pengen jalan2 kesana cuma jauh bin hese' jigana (alias mahal juga).
Houari Sabirin said…
masih lebih mahal ke eropa mas :D plus makanan2nya maknyos lah daripada masakan korea.. hehe

Popular posts from this blog

Palbong Bakery House, Cheongju

Karena nonton drama Kim Tak Gu, kisah si anak (haram) boss tukang roti, yang berjumlah 30 episode, dan setiap episode berdurasi 1 jam-an, jadinya terkena cuci otak berupa mengunjungi Palbong Bakery House tempat si Tak Gu belajar menjadi ahli roti. Lokasi shooting-nya ada di Soam-gol, Cheongju. Di kaki sebuah bukit di Sangdang-dong. Seperti lazimnya lokasi shooting, hanya tampak luar sahaja yang sesuai dengan apa yang ditampilkan di drama. Bagian dalam dari Palbong Bakery mungkin di-shoot di lokasi lain. Di Palbong Bakery yang di Cheongju ini isinya sekarang cafe kecil yang juga menjual roti (roti kampung, katanya...) bukannya rotinya si Tak Gu. Di lantai dua, kalau di drama-nya ceritanya adalah dapur roti, aslinya adalah sofa-sofa tempat pengunjung bisa santai-santai menikmati pemandangan kota Cheongju. Di Soam-gol nya sendiri, sebuah kampung dengan gang-gang di kaki gunung, sepertinya juga tempat shooting drama yang lain, soalnya ada foto-foto scene drama dan artis2nya. Se

Walküre 3rd Live - Walküre wa Uragiranai at Yokohama Arena

Jadi tahun ini akhirnya ada kesempatan ikut bermoyasu bersama dengan Walküre di 3rd live event di Yokohama Arena. Itu juga cuma dapat tiket berdiri di belakang baris terakhir di lantai 2, dan dengan sukses nonton setengah panggung dan setengah punggung orang di depan 😆. Sedangkan hari kedua gak dapat tiket dan mau nonton live viewingnya di Toho juga asa kumaha gitu... kalau kata kang Yayan mah kurang greget (tidak sambil menggerek leher pakai lampu TL). Anyway, jadi berikut ini sekilas highlight konsernya. Pagi-pagi habis subuh jadinya langsung melesat ke stasiun ke Shin-Yokohama, berkaca dari pengalaman di masa lalu dalam perihal mengantre buat concert goods. Jadi jam setengah 8an lebih akhirnya sampai di Yokohama Arena dan langsung kucluk-kucluk nyari tempat orang mengantre. Ekspektasinya sih udah mengular tapi ternyata jam segitu baru sekitar ada 30an orang. Yoy!! Mission accomplished! Cukup lah buat bisa dapet goods yang dikecengin. Kecuai kalau 30 orang itu pada bel