Skip to main content

Wake Up, Girls! final tour show at Sendai, Miyagi



Yang terakhir katanya selalu spetsial, apalagi kalau direncanakan jauh-jauh. Majalah Famitsu edisi bulan Maret 2019 menyebutnya "Densetsu no Final" alias final yang legendaris (it's gonna be legen..... wait for it.... dary!.).

Tapi ini bukan cerita Final Live (nanti di tulisan berikutnya). Ini sedikit cerita dari konser terakhir dari seluruh rangkaian konser terakhir Wake Up, Girls! di Sendai Sunplaza, Sendai, Miyagi.

Sekilas informasi dan kilas balik, grup lagu dan tari pengisi suara Wake Up, Girls! (selanjutnya disebutkan sebagai Wug) menyudahi kegiatannya di bulan Maret 2019 alias bubar.. bubar! bubar! setelah kurang lebih 6 tahun mengharu-biru dunia anime. Sebelum puasa 2018, tepatnya waktu acara Green Leaves Festival, ada pengumuman bakal ada tur live ke-5 sepanjang tahun 2018 hingga 2019. Dan tepat di hari lebaran 1 Syawal 1439H, dunia dikejutkan dengan pengumuman melalui Wuglove, dan setelahnya melalui portal Wug, kalau mereka akan dibubarkan pada bulan Maret 2019. Jadinya, tur ke-5 ini akhirnya kemudian diberi judul "Final Tour" yang terdiri dari tiga bagian, Part 1, Part 2, dan Part 3 mulai dari Sabtu, 14 Juli 2018 di Chiba hingga yang terakhir Minggu, 24 Februari 2019 di Sendai.

Tulisan ini gak bakal membahas apa kenapa bubar dan apa aktivitas mereka sejak pengumuman hingga bubaran. Berita-berita seperti demikian bisa disimak dengan manis dan penuh kebaperan di internet. Tulisan ini hanya side story dan sedikit kisah slice of life dari ikut terbawa emosi jiwa (okei, lebay) menikmati gelaran terakhir di Sendai.

Jadi ceritanya, ini tiket Sendai udah dapat dari sekitar bulan November 2018 (apa Oktober), hasil pre-order tahap pertama di Wuglove. Karena waktu itu masih belum pasti bakal masih tinggal di Jepun setelah Desember 2018, jadinya beli tiket untuk tur ke-3 ini setengah hati, alias cuma beli yang terakhir. Entah bakal ada di Jepang atau nggak akhir Februari 2019, yang pasti beli dulu aja (ada misteri Ilahi yang tidak diketahui manusia, jalannya memang sudah ke Sendai... eiihh.. apasih... ). Tiket yang belakangan katanya (kata si dedek Mipu) lumayan susah untuk didapatkan, bahkan sampai jam-jam terakhir acara akan dimulai pun masih terlihat para pencari tiket di twitter. Di website tiket tak resmi pun harganya sudah nyaris sampai 5 kali lipat...

Jadilah, atas berkat rahmat Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, malam itu, 22 Februari 2019, naik bis malam dari Shinjuku ke Sendai, satu-satunya kejadian yang sepengalaman selama di sini naik bis malam, baru kali itu banyak banget sesama kaum yang akan menonton di Sendai. Mungkin lebih banyak lagi. Karena yang sudah dipastikan adalah mereka yang sudah pakai dan bawa-bawa atribut Wug sejak di Shinjuku. Apa karena sebelumnya ngga pernah naik bis malam buat langsung nonton... hmmh... iya juga sih... tapi tapi... summer tahun kemarin ke Kishiwada juga naik bis ke Osaka, lalu summer tahun sebelumnya ke Kobe... apa nggak perhatian? Lelaki macam apa kamu?

Ok.

Lanjutkan.

Jam setengah enam kurang, pagi-pagi buta, sampai di Sendai, dekat stasiun yang besar itu. Harusnya dari sana bisa langsung jalan kaki ke Sendai Sunplaza. Tapi karena gak paham, malah turun ke bawah naik metro hanya satu stasiun, lalu naik lagi ke atas, lalu jalan lagi sampai Sunplaza. Belakangan dihitung-hitung, jalan ke metro, nunggu kereta datang, naik ke atas, itu nyaris lebih lama dari jalan langsung dari tempat turun bis.. hau hau hau... Anyway, jam enam lebih sedikit akhirnya sampai di Sunplaza, bergabung dengan ratusan orang (katanya udah 200an orang) yang sudah mengantri lebih awal. Bukan mengantri untuk masuk nonton tentu saja (pertunjukan siang baru mulai jam 12), tapi buat antri membeli barang-barang konser yang salah satunya -somehow- sudah mulai susah didapatkan: jaket penahan angin alias windbreaker. Nggak tau di konser di kota sebelumnya, seminggu sebelumnya di Ichinomiya, Aichi, si windbreaker ini sudah langsung sold out dalam waktu kurang dari 30 menit sejak antrian dibuka. (Yes, yours truly tentu saja, berkat ngantri selama 7 jam, dapat satu windbreaker merah). Tapi di Sendai, selain windbreaker, satu item lagi yang berbeda di tiap kota, ternyata juga langsung habis: gantungan pita dengan tulisan "Sendai Miyagi, 2019.02.23-24." Habis dalam sekejap mata, padahal dari awal tur tahun sebelumnya ini barang yang gak mudah sold out. Anyway, karena penasaran -skip dulu kejadian sisa di hari ini- besoknya balik lagi lebih awal ke Sunplaza. Dan sudah juga banyak mereka yang nampaknya juga penasaran gak dapat windbreaker (dan mungkin juga, si gantungan pita). Tapi hari ke-2 ini lebih menggemparkan (atau menyebalkan? atau menyedihkan?). Pagi itu mungkin ada di sekitar urutan ke-100 di antrian. Maju sedikit, satu persatu windbreaker mulai sold out. Tadinya ngga ngincar windbreaker lagi, cuma mau gantungan pita. Tapi karena hari itu pakai hoodie warna kuning, jadi inginnya pakai windbreaker yang senada. Sampai di urutan antrian tinggal sedikit menuju ke dalam gedung tempat counter penjualan barang, windbreaker kuning masih ada. Antrian mulai masuk ke depan pintu gedung... gantungan pita udah abis! Gyaboooo!! We keureee oppa... sarangheyo... (apasih geje siah). Tapi windbreaker kuning masih belum ditandai sold out. Akhirnya dibulatkan tekad harus beli windbreaker kuning itu. Lalu antrian maju lagi dan sudah bisa langsung menuju counter. Begitu depan counter, langsung bilang sama mba nya "Minami windbreaker! hitotsu!" Lalu mba nya sigap mengambil ke belakang.... dan kembali... dengan tangan hampa... "Gomen nasai, kambai shimaimashita!" HIYAAAAHHHHHHH!! SO CLOSE!!! (Dengar cerita si dedek Mipu, katanya di counter seberang sana juga ada yang mengalami hal yang sama di waktu yang sama. Bedanya, si windbreaker kuning terakhir itu melengos di depan matanya untuk diambil orang lain di counter sebelah sananya). Sakitnya tuh di sini!! di sana!! di mana-mana!!

Anyway.


Memang sudah bukan rejeki, windbreaker kuning dan pita (uhhh padahal tiap kota sebelumnya dapat...). Setelah itu, karena jadwal check-in hotel masih jam 3 sore nanti, jadinya menyempatkan diri dulu pilgrimage di tempat-tempat yang lagi ngadain event Wug: Animate, HMV, Ebeans, Lashinbang, Gamers, Animega, dan pemerintah kota Sendai. Tadinya mau mampir juga ke warungnya Airi, tapi udah gak ada tekad (dan baru tau, kalo toko ini hari Minggu tutup... hiiiihhh....). Jadi ceritanya, di beberapa hari sekitaran konser itu, kota Sendai nampak ikut "melepas" Wug (belakangan dengar cerita dedek Mipu -dia lagi, dia lagi- ada beberapa cerita tentang masyarakat Sendai yang ternyata lumayan bogoh alias ada affection -bahasamu...- atau ikut menyayangi -okelah... terserah...- Wug karena cerita berlatar Sendai ini nampaknya sedikit banyak juga memajukan perekonomian dan pariwisata Sendai dan Miyagi) dengan semua (semua lho) toko anime mengadakan display bertema Wug, sampai masang baliho besar berterima kasih kepada mereka.



Jadi pertama-tama melipir dulu ke stasiun subway International Center dekat Aobajo. Pemerintah kota Sendai memajang tutup gorong-gorong Wug (yang pernah benar-benar dipasang di jalanan kota Sendai waktu winter 2017-2018) dan gambar-gambar dari anime Wug yang menampilkan lokasi tempat-tempat di Sendai, berikut foto tempat aslinya. Tak lupa pula tivi 4K 72 inch menayangkan beberapa MV Wug berulang-ulang. Selain itu juga ada event bagi2 kartu pos "terima kasih Sendai" bergambar Wug dengan mengisi angket pariwisata Sendai (berapa kali anda ke Sendai? belanja berapa yen? dsb.). Tentu saja, di sana sudah banyak pula sesama kaum yang nampaknya gak ikutan nonton konser yang sesi siang (karena belum ada kepastian hidup tadi, saya cuma beli sesi malam; sesi siang sempat dibuka lagi untuk tiket berdiri, tapi nggak dapat...). 


Selesai dari sana, terus lanjut balik ke stasiun Sendai, menyambangi Ebeans, satu gedung di mana Animate, Lashinbang, HMV, dan Gamers berada. Masing2 sudah siap dengan display Wug dan jualan goods special (yang nampaknya sudah banyak yang sold out). Setelah khilaf sejenak dan menulis pesan di message board buat Wug, lalu menyeberang ke Loft tempat Animega berada. Animega saat itu (entah sekarang masih apa ngga) sedang cuci gudang barang-barang bertema Wug, diskon sampai 70% setiap pembelian di atas 10 item! Awawawawawawawa.... tentu saja di sini pun khilaf sekadarnya!


Selesai Animega, makan siang, lalu check in hotel. Mandi, sholat, beres-beres. Lalu cabcus kembali ke Sendai Sunplaza. Begitu sampai, langsung masuk, motoin semua flower stands alias furasuta, yang keren-keren! Kebanyakan dari fans Aichan -karena Sendai- dan dari bisnis2 setempat macam Aeon Tohoku dan toko2 anime. Tak lupa pula dari mantan sutradara, mbah Yamakan (dan orang2 pun heboh melihat furasuta-nya).

Ada kejadian nih waktu moto2in furasuta. Antara furasuta dan posisi motoin kan suka ada kadang2 yang lalu lalang. Nah... pas mau motoin furasuta... dari arah kanan tiba2 lewat.... Nanami!! KW!! mirip bingits!! (belakangan dikasih tau -yes, dia lagi- dedek Mipu, si mba sempat di-notice sama Wug). Sempat kaget lah, kukirain Nanami beneran... tapi seperseribu detik kemudian... naaah... no way... tapi beneran mirip, mungkin dari hidung dan mata dan gaya rambut (gak tau kalau taring).

Lanjut. Pertunjukan pun dimulai. Kali ini dapat posisi lumayan menarik. Lantai 2, pas di barisan depan, jadi bebas liat ke sana kemari dan menikmati kerlap-kerlip penlight. Nggak ada hal yang begitu heboh untuk diceritakan selama pertunjukan. Setlist nya bisa dilihat di webnya mas Kusano. Palingan yang berkesan itu opening act 少女交響曲, waktu intronya masih di balik layar lalu pas mau mulai nyanyi layarnya diturunkan (masih terasa indahnya... ahaiii... uhuiii...). Lalu dan seterusnya dan seterusnya.


Hari kedua, yang sangat berkesan.

Setelah antri dan gak dapat lagi (sebagaimana sudah diceritakan di atas), balik ke hotel, mandi sholat tidur siang -setelah dua hari bergerak dari pagi sampai malam-, lalu sorenya balik lagi ke Sunplaza.

Hari kedua, yang sangat berkesan.

Sebagaimana sudah direncanakan lewat undangan di twitter, para penonton bakal nyalain light stick (orang sini nyebutnya サイリウム, cyalume, dari zat kimia yang digunakan oleh si batang yang berpendar kalau dicampurkan dengan senyawa lain yang bercampur waktu si batang dipukulkan) yang warnanya udah disesuaikan sama posisi Wug di panggung (mulai dari oranye di kiri, lalu ungu, kuning, merah, biru, hijau dan biru muda di kanan). Kukirain tadinya tiap orang bawa masing2, makanya udah siap dari rumah bawa lightstick ungu -sesuai posisi kursi-. Ternyata oh ternyata, salah satu penonton yg jadi EO light stick bagi-bagiin light stick di tiap kursi! Lengkap dengan selembar pesan kapan harus dinyalakan! Terharuu!!! Jadi pas salah satu EO mau bagi2 cylume di barisanku, dengan senang hati ikut membantu menaruh-naruh cylume di tiap kursi di sekitar. Awawawawawa.... saikou da! Omaetachi wa saiko!!


Dan mulailah pertunjukan hari kedua, yang sangat berkesan.

Seperi kemarin openingnya 少女交響曲, lalu dan seterusnya dan seterusnya. 

Karena Sendai, hari ini special performances oleh Eino Airi. Setelah beberapa kali sebelumnya lihat doi bawain Minority Emotions, baru yg ini terasa lebih emoi.

Kemudian video kumpulan foto Aichan (hari pertama Kayatan) yang dilanjutkan dengan pesan dan kesan dari Wug yg lain buat dia; meski gak bisa nangkap semua tulisan (karena kana dan kanji dengan tulisan tangan!!! awawawa... tulisan yg paling bisa kebaca itu Kayatan karena rapih! XD ), tapi jadi agak terharu juga ih (ah lebay aja kali).

Kemudian setelah 16歳のアガペ yang menghebohkan -as usual-, mulailah berharubiru saat さようならのパレード dibawakan. Lagu terakhir Wug, yang koreografinya gabungan dari lagu2 sebelumnya. Dan penonton pun ber-ovation (mau bilang tepuk tangan tapi bukan tepuk tangan yang biasa, tapi tepuk tangan yang kalau acara sudah selesai) saat koreo tiap Wug pamitan -diselingi dengan ber-"Wake Up!". T_T

Hingga タチアガレ! saat di mana penonton menyalakan light stick saat reff ke-2. Yoppi pun terharu sambil ber-"Wake up... mabushii hizashi abite..!"

Lalu encore.

Encore pertama. Ok, usual.

Encore kedua. Ya bolehlah, kan terakhir.

Lalu encore ketiga. Untuk pertama kalinya (dan mungkin terakhir kalinya, kalau gak salah), reff solo 7 Girls War yang biasanya bagian Yoppi, kali ini dinyanyikan seluruh Wug....

... bersama semua penonton.

T______T

これは最高!最高!最高!最高だった!

T______T

Dan untuk tour terakhir kalinya, para penonton saling meng-ovation sesamanya. Mengakhiri kebersamaan yang sudah terjalin selama 6 tahun (saya cuma setengahnya T_T). 

Terima kasih wugners! Kalian yang telah memperkaya avex (ahahaha) dan meng-support Wake Up, Girls selama ini. 

最高。

Dan malam itu kembali ke hotel membawa kenangan (aiiihhh... emosi djiwa niiihh...?) dan besoknya langsung tembak langsung ke kantor naik shinkansen.

Ok.

Meski setelah ini masih ada final live di Saitama (tulisan berikutnya, mudah2an masih ingin nulis hihihihihi...), konser yang terakhir ini terasa lebih berkesan kalau dari sisi nuansa penontonnya. Mungkin karena venue-nya lebih kecil, dan para penonton merasa lebih dekat dan ada ikatan selama 33 kali pertunjukan dari Juli 2018. Mungkin. Di Saitama, dua minggu setelah ini, gak kerasa nuansa kedekatan antar penonton (meskipun pertunjukannya sendiri, menurutku, one of the best Wug ever had). 
Tapi yang bakal bikin bermuram durja mungkin gak ada kesempatan lagi untuk berhoihoi dan bergerak bersama, ketika beberapa gerakan sudah mulai lancar. Gak ada lagi kesempatan mengulang call yang tadinya salah...

Ya gitu deh.

Tidak ada yang abadi di dunia ini.

Terima kasih dedek-dedek manis bertujuh.

Terima kasih sudah menemani mengurangi nestapa di masa lalu (eeeiiiii.... curcol!).

君たちは最高。





もう泣かない。

Comments

Popular posts from this blog

Palbong Bakery House, Cheongju

Karena nonton drama Kim Tak Gu, kisah si anak (haram) boss tukang roti, yang berjumlah 30 episode, dan setiap episode berdurasi 1 jam-an, jadinya terkena cuci otak berupa mengunjungi Palbong Bakery House tempat si Tak Gu belajar menjadi ahli roti. Lokasi shooting-nya ada di Soam-gol, Cheongju. Di kaki sebuah bukit di Sangdang-dong. Seperti lazimnya lokasi shooting, hanya tampak luar sahaja yang sesuai dengan apa yang ditampilkan di drama. Bagian dalam dari Palbong Bakery mungkin di-shoot di lokasi lain. Di Palbong Bakery yang di Cheongju ini isinya sekarang cafe kecil yang juga menjual roti (roti kampung, katanya...) bukannya rotinya si Tak Gu. Di lantai dua, kalau di drama-nya ceritanya adalah dapur roti, aslinya adalah sofa-sofa tempat pengunjung bisa santai-santai menikmati pemandangan kota Cheongju. Di Soam-gol nya sendiri, sebuah kampung dengan gang-gang di kaki gunung, sepertinya juga tempat shooting drama yang lain, soalnya ada foto-foto scene drama dan artis2nya. Se

Walküre 3rd Live - Walküre wa Uragiranai at Yokohama Arena

Jadi tahun ini akhirnya ada kesempatan ikut bermoyasu bersama dengan Walküre di 3rd live event di Yokohama Arena. Itu juga cuma dapat tiket berdiri di belakang baris terakhir di lantai 2, dan dengan sukses nonton setengah panggung dan setengah punggung orang di depan 😆. Sedangkan hari kedua gak dapat tiket dan mau nonton live viewingnya di Toho juga asa kumaha gitu... kalau kata kang Yayan mah kurang greget (tidak sambil menggerek leher pakai lampu TL). Anyway, jadi berikut ini sekilas highlight konsernya. Pagi-pagi habis subuh jadinya langsung melesat ke stasiun ke Shin-Yokohama, berkaca dari pengalaman di masa lalu dalam perihal mengantre buat concert goods. Jadi jam setengah 8an lebih akhirnya sampai di Yokohama Arena dan langsung kucluk-kucluk nyari tempat orang mengantre. Ekspektasinya sih udah mengular tapi ternyata jam segitu baru sekitar ada 30an orang. Yoy!! Mission accomplished! Cukup lah buat bisa dapet goods yang dikecengin. Kecuai kalau 30 orang itu pada bel