Nanggung, satu lagi.
Jadi ceritanya, kampus yang lama, Information and Communications University atau ICU atau gawat darurat, atau Isolated and Crazy University (kata anak undergrad), diserap oleh KAIST, sekolah institut negri yang katanya salah satu yg paling bagus di sini. Katanya juga masuk 70 besar universitas terbaik di dunia versi Times dan QS.
Whatever lah...
Tahun 2008 akhir, karena gejolak politik di negri ini, pengayom ICU yakni kementrian informasi dan teknologi terpaksa dibubarkan. Akibatnya ICU harus memilih jadi universitas swasta yang mesti cari uang sendiri (which means mahasiswa mesti bayar duit SPP lebih mahal lagi -padahal udah mahal-) atau bergabung dengan KAIST. Sempat dilakukan semacam pemilu, sebagian besar pilih... aih lupa.. saya pilih apa pun lupa..
Akibatnya, tahun 2009 semua entities ICU diserap oleh KAIST. Mahasiswa ICU jadi mahasiswa KAIST, profesor ICU jadi profesor KAIST. Jadi tahun 2009 sudah ganti kartu mahasiswa jadi cap KAIST. Kemudian tahun 2010, musim panas, lab-nya pun pindah ke kampus utama KAIST di Guseong-dong.
Setidaknya kejadian yang patut disyukuri. Jadi banyak teman sesama mahasiswa Indonesia di KAIST (tahun ini 40an?). Cap KAIST-nya juga lumayan bagus buat dikenal orang (biasanya klo ditanya, kuliah di mana? ICU? apaan tuh? gawat darurat? hahaha... ) apalagi kalo naik taksi lebih gampang bilang 'kaiste kajuseyo' dibandingkan 'hanguk jongbotongshin daehakyo kajuseyo' yang selalu disambut dengan sopirnya bertanya 'hanguk mo?' 'odiso?'... haish molayo lah pak sopir pokoknya ke munji-dong.
Jadi ceritanya, kampus yang lama, Information and Communications University atau ICU atau gawat darurat, atau Isolated and Crazy University (kata anak undergrad), diserap oleh KAIST, sekolah institut negri yang katanya salah satu yg paling bagus di sini. Katanya juga masuk 70 besar universitas terbaik di dunia versi Times dan QS.
Whatever lah...
Tahun 2008 akhir, karena gejolak politik di negri ini, pengayom ICU yakni kementrian informasi dan teknologi terpaksa dibubarkan. Akibatnya ICU harus memilih jadi universitas swasta yang mesti cari uang sendiri (which means mahasiswa mesti bayar duit SPP lebih mahal lagi -padahal udah mahal-) atau bergabung dengan KAIST. Sempat dilakukan semacam pemilu, sebagian besar pilih... aih lupa.. saya pilih apa pun lupa..
Akibatnya, tahun 2009 semua entities ICU diserap oleh KAIST. Mahasiswa ICU jadi mahasiswa KAIST, profesor ICU jadi profesor KAIST. Jadi tahun 2009 sudah ganti kartu mahasiswa jadi cap KAIST. Kemudian tahun 2010, musim panas, lab-nya pun pindah ke kampus utama KAIST di Guseong-dong.
Setidaknya kejadian yang patut disyukuri. Jadi banyak teman sesama mahasiswa Indonesia di KAIST (tahun ini 40an?). Cap KAIST-nya juga lumayan bagus buat dikenal orang (biasanya klo ditanya, kuliah di mana? ICU? apaan tuh? gawat darurat? hahaha... ) apalagi kalo naik taksi lebih gampang bilang 'kaiste kajuseyo' dibandingkan 'hanguk jongbotongshin daehakyo kajuseyo' yang selalu disambut dengan sopirnya bertanya 'hanguk mo?' 'odiso?'... haish molayo lah pak sopir pokoknya ke munji-dong.
Comments