Hari ke-2, dimulai dengan bangun pagi-pagi buat memotret suasana pagi hari ketika matahari terbit. Jadi bangun sekitar jam setengah enam pagi, trus cari-cari posisi yang tepat di pinggir tebing, di belakang dapurnya tempat makan penginapan. Dengan modal seadanya, yakni kamera Canon Ixus 80, dimulailah memotret seadanya. Lautan luas terbentang, awan menguning, matahari yang sembunyi di balik gunung, etc. etc., Adapun acara kelompok... menurut yang telah ditentukan oleh pengarah acara jalan-jalan ini, yakni saudara Kim Jaeil dan saudara Na Taeyoung, hari ke-2 adalah: di pagi hari: perjalanan hiking ke sebuah puncak gunung di pulau Ulleung bernama gunung... eh, gunung apa... ga tau saya ^_^;;; ya pokoknya gunung lah; di siang hari: kunjungan ke pulau Dokdo, di sekitar sana juga; di malam hari: makan-makan.. yeeeii makan-makan.... Menurut kabar berita bahwa di puncak gunung itu kita bisa melihat sekeliling pulau dengan indah rupawan, tentu saja kalau cuacanya mendukung. Namun demikian, sehubungan dengan kemampuan diri ini yang sangat lemah kalau mendaki gunung (yang daripada di mananya telah dibuktikan dengan sewaktu: 1) paling belakang sampai waktu pertama kali hiking ke gunung Gyeryong; 2) gagal sampai ke puncak waktu hiking ke dua kali ke gunung Gyeryong, malahan sampai keram-keram; 3) sekali lagi, paling belakang waktu hiking ke gunung Songni), dan juga sehubungan karena waktu yang terbatas untuk mendaki, akhirnya orang-orang lemah seperti saya diwajibkan tetap tinggal di darat. *Lucky!* v(^o^)v hehehe... Dengan demikian, mari kita lewatkan saja cerita mendaki gunung karena memang yang cerita tidak ikutan... ^_^. Trus ngapain dong? Ya karena acara berikutnya adalah pergi ke pulau lain, akhirnya kami (oh, kami... ada tiga orang yang gak ikutan naik gunung: 1) Houari, sang penulis 2) Hendry, yg lagi sakit kakinya karena main bola (dia sih biasanya ikutan naik2 gunung, bawa2 kamera gede pula) 3) Lyu Jihye, wah kalau si mbak ini alasan jelasnya saya ga tau. Tapi dia mungkin emang cuman niat ke pantai, ga niat manjat-manjat gunung, wong dari jaman berangkat aja udah siap2 fashion ala pantai: celana pendek (banget) plus baju hampir tank top. ^_^;;;;), diteruskan, akhirnya kami jalan-jalan di pelabuhan, foto-foto sambil nyusurin karang (lagi-lagi karang, lah, apalagi yg ada) sambil ngunyah-ngunyah cumi kering (bau sih, tapi toh orang sini mah udah biasa). Yak, karena acara kami cukup renyah dan garing, mari kita lewatkan saja cerita ini sampai para pendaki gunung kembali dari perjalanannya.
Si cumi yang malang
Sekitar jam 1 siang, akhirnya kam berkumpul lagi di pelabuhan (pelabuhan yang sama dengan yang kemaren) buat naik kapal feri ke pulau Dokdo. Lagi-lagi kapal feri, sudah terbayang, apakah kali ini juga akan mual-mual muntah-muntah... humm.. setidaknya kali ini tidak makan sandwich ikan tuna (huek, membayangkannya saja kok jadi pengen muntah lagi *waktu itu*). Bayangan yang kedua, apakah yang bisa dilihat di pulau Dokdo... humm.. jangan-jangan ada pasir putih terbentang indah dengan nyiur melambai ditiup sang bayu. Bohong sih... sebenarnya bayangan yang kedua ini adalah beberapa hari sebelum berangkat, bayangan yang sama dengan pulau Ulleung. Tentu saja waktu pas mendarat di Dodong kemarin, sudah bisa dilihat dengan jelas, bagaimana bentuknya si pulau Dokdo. Cuma beberapa onggokan karang, yang dua di antaranya cukup besar sehingga bisa didiami orang sehingga cukup alasan bagi Korea dan Jepang buat memperebutkan si onggok-onggokan karang tersebut... heheh.. Masalah rebut merebut ini silahkan baca di Wikipedia lagi deh ya, saya sih susah neranginnya, apalagi soal sejarah. Nah, karena masalah sejarah ini lah, banyak orang Korea berbondong-bondong mengunjungi pulau Dokdo (dipikir-pikir, apa karena nanti suatu saat pulaunya berpindah tangan, mereka ada kenang-kenangan kali ya? tau deh. atau supaya justeru biar pulaunya berhasil dipertahankan... humm.. mestinya dulu orang Indonesia berbondong-bondong juga mengunjungi pulau Sipadan dan Ligitan... hehe.. yah sudahlah, sekarang juga sudah banyak orang Indonesia berbondong-bondong mengunjungi pulau Singapura.. siapa tau gitu loh... ). Begitulah, kemudian tibalah saatnya menaiki kapal feri ke Dokdo, dengan cemas, jangan-jangan huek huek lagi. Tapi ternyata, alhamdulillah..... bersyukur ke hadirat Yang Maha Kuasa, akhirnya selamat juga sampai di Dokdo. Karena AC nya rusak, ada penumpang yg protes2, akhirnya itu pintu feri dibuka gede-gede sampai angin segar lautan luas terasa membelai di wajah. Sampai di Dokdo kira-kira setelah.. alah lupa euy, 60 menit? 90 menit? Trus ngapain di pulau karang sekecil unyil itu? Ya apa lagi kalau bukan... foto-foto!! Sebagai salah satu orang Indonesia pertama yang mendarat di Dokdo (mungkin nggak sih, tapi rasanya seperti itu.. hahaha..) tentunya patut diabadikan mendarat di pulau gak jelas tanpa tujuan yang jelas ^_^;;; Sebenarnya di pulau itu sudah ada pasukan Korea yang mengamat-amati siapa tau tiba-tiba datanglah pasukan Jepang hendak merebut dan menguasai. Jadi di atas karang-karang besar itu sudah dibangun semacam pangkalan kecil, termasuk juga buat para ahli biologi, kelautan, etc. Cuma ternyata kita ga bisa naik ke atas, soalnya jalannya ditutup, dijagain ama pak satpamnya, tentu saja mungkin demi keselamatan bersama. Demikianlah setelah puas berfoto-foto, akhirnya kita kembali pulang ke Ulleung.
Pulau karang Dokdo
Sekitar jam sore hari (lupa lagi jamnya), kita kembali ke penginapan. Ternyata penginapannya pindah, eh, maksudnya bukan penginapannya yg digusur, tapi kitanya yg pindah penginapan. Dari penginapan yang indah dipinggir tebing, ke sebuah losmen yg sempit. Jadinya kita dibagi dalam tiga kamar... tentu saja pembagiannya sudah jelas: 1 kamar buat cowok, 1 kamar buat cewek, 1 kamar buat bos. Dengan demikian: 1 kamar buat 8 orang, 1 kamar buat 3 orang, 1 kamar buat 1 orang. Pembagian yang adil dan merata. Sekitar habis magrhib, rencananya adalah mencari makan malam. Berhubung pengarah acara juga gak tau tempat makan mana yang enak, akhirnya kita diantar sama yang punya losmen. Dia bilang dia tau tempat makan yang enak (sedikit catatan, yang enak di sini maksudnya adalah ikan mentah.. hiiiih. Karena sesuai dengan selera setempat, combo yang paling nikmat adalah ikan mentah dan soju. Kalo saya sih combo yang paling nikmat adalah sate padang dan sate padang, dua porsi maksudnya... ^_^). Akhirnya kita di antar ke "tempat makan yang enak" itu, yang letaknya ga jauh dari pelabuhan nelayan, jadi klop kan, makan ikan mentah sambil ditemani semilir angin membawa bau ikan2 yg baru ditangkepin, heheh. Dengar punya dengar, tempat ini dipilih oleh si empunya hotel karena restoran itu yang punya adalah koleganya sendiri, dasar nepotisme. Jadilah akhirnya mereka malam itu makan ikan mentah. Mereka? ya mereka lah, saya sih gak kuat makan ikan mentah. Tahun kemaren pas ke pantai juga, dipaksain makan ikan mentah, balik-balik dari restoran langsung dengan sukses m*nc**t-m*nc**t T_Tq. Jadinya kali ini, gak lah ya... sudah cukup muntah-muntah ga perlu ditambah lagi jadi muntaber. Makan apa dong? Ya lagi-lagi makan sup ikan pedes itu seperti kemaren.
Sehabis makan-makan, acara selanjutnya adalah.... norebang alias karaoke!! yeeeeiyy... Pertanyaannya, apakah dipulau sekecil terpencil ini ada norebang? Mengingat kucing pun ada di sini, maka pastilah norebang pun ada (loh, apa hubungannya?). Seakan-akan nantangin pertanyaan mengenai ada tidak ada norebang di Ulleung... begitu masuk ruangannya.... OMG! OMG! OMG! (cukup 3 kali deh) ruangannya gede banget, lengkap dengan meja besar dan sofa yg bisa dipake buat rapat proyek Samsung (lah, naon deui eta?), lengkap dengan sebuah layar LCD besar banget dengan beberapa layar kecil disebelahnya. Di sudut ruangan juga sudah dilengkapi dengan sebuah toilet! Hebat... hebat... padahal selama ini norebang di daratan pun belum pernah ketemu yang sebesar ini. Demikianlah, malam ini ditutup dengan norebang bersama-sama, bahkan bos pun sempat mengagetkan para anak buahnya dengan menyanyi lagu.... disco!! ^_^ tak disangka tak diduga.. Besok hari, hari terakhir, akan disambung di entry berikutnya...
Comments