Skip to main content

Posts

Showing posts from 2009

Avatar

Rating: ★★★★★ Category: Movies Genre: Science Fiction & Fantasy Inti ceritanya sederhana: pasukan VOC yang hendak menguasai sumberdaya alam di bumi nusantara. Karena terlalu rakus, mereka menghancurkan tempat keramat para pribumi. Akhirnya, para pribumi pun bangkit melawan penjajah, dibantu oleh para meneer yang merasa iba terhadap pribumi dan hewan-hewan di alam sekitarnya. Kalau cuma begitu saja, apa menariknya? Tapi lihatlah visual efeknya. Dengar-dengar James Cameron mesti menunggu bertahun-tahun sampai teknologi yang mau dia gunakan mampu untuk meng-generate virtual world seperti itu. End note: kalau ada bioskop dengan feature digital 3D, nikmatilah so-damn-good movie with visual effect that brings us one step closer to the holodeck :D

Mausoleum of the First Qin Emperor (The Terracota Army)

Masih berhubungan dengan jalan2 ke Xi'an bulan lalu, saya ingin cerita tentang museum yang diberi nama Musoleum Kaisar Qin Pertama, atau yang lebih dikenal dengan museum Terracota Army (di China sendiri, tempat ini diberi nama "秦兵马俑和秦始皇陵", yang artinya menurut mbah Google: "Qin Terracotta Warriors and the Emperor Mausoleum"). Museum, hmm.. lebih tepatnya kompleks museum, yang terdapat ratusan patung pasukan tentara dan kuda kaisar Qin, setiap patung punya wajah yang berbeda dan pakaian berbeda bergantung pangkatnya. Museum ini terletak agak jauh di luar kota Xi'an, kira-kira 32 km ke arah timur laut, sekitar 1.5 jam perjalanan naik bis patas jurusan Xi'an <-> Museum. Kita bisa naik bis patas ini dari stasiun Xi'an. Ongkosnya 7 yuan saja (sekitar kurang dari 1400 won). Kalau nggak begitu paham bahasa Mandarin plus agak buta hurufnya (seperti saya.... -_-), pertama-tama agak bingung mencari tempat ngetemnya bis ini. Dari hotel, saya naik taks

Grand Masjid of Xi'an, China

Mau menceritakan tentang Mesjid Agung Xi'an di China yang dikunjungi beberapa minggu yang lalu. Beberapa bagian isi tulisan ini disadur dari buku panduan Mesjid Agung Xi'an yang diberikan kalau kita membeli tiket di pintu gerbangnya. Mesjid yang didirikan tahun 742 pada saat pemerintahan Dinasti Tang ini terletak di sekitar tengah-tengah kota Xi'an, hampir persis mesjid2 agung yang ada di kota2 di Indonesia. Lokasi persisnya terletak di belakang Muslim street, agak tersembunyi di balik toko-toko dan restoran-restoran. Dari tengah-tengah kota Xi'an, sekitar apa yang dinamakan Bell Tower (mirip2 Namdaemun di Seoul, tapi ada genta besarnya, hence "bell tower"), kita berjalan kira2 100 meter ke Barat, menemukan Drum Tower (seperti Bell Tower, tapi banyak bedugnya, hence "drum tower"), tepat di belakangnya itulah Muslim street. Sebuah jalan yang membentang utara dan selatan di sisi kiri dan kanannya banyak restoran-restoran yang menyediakan masakan

Seoul Air and Defence Show 2009

Sehari sebelum berangkat ke Xi'an, menyempatkan diri nonton air show di Seoul Airport, di Seongnam, bareng Koer dan temen2 dari KDI dan KAIST Business School

A Visit to Xi'an

Kedua kalinya menginjak tengah-tengah dunia, kali ini lebih ke tengah dikit, ke Xi'an, kota yang terkenal dengan patung2 terracotta army (pasukan kaisar Qin), mesjid besar, dan beragam historical place seperti benteng yang mengelilingi kota, pagoda bertingkat, taman raja, etc etc yg banyak tak terkunjungi -_-;;; Untungnya hotel tempat nginap ada di tengah kota, jadi malam2 masih bisa ngider cari makan ke Muslim street, cari makanan halal nan murah, foto sana sini secukupnya, naik bis kota yang terbuat dari kaleng XD (jauh dekat 1 yuan, kalau ada kondektur 2 yuan). Mungkin memang waktunya kurang tepat, tapi selama di sana, langitnya selalu ditutup kabut, entah debu atau emang polusi, tak pernah melihat awan selama di sana, kecuali beberapa saat di pagi hari di hari terakhir (soalnya malamnya hujan rada lebat). Beberapa malam, makan malam di Muslim street, makan chinese food yg halal dan berkolesterol tinggi :D Sambil lihat-lihat keramaian, kaki lima, orang2 jualan makanan-makanan kh

Seminar dengan doktor Kanade

Kalau pernah belajar video processing, pasti kenal yang namanya model Lucas-Kanade, yaitu persamaan yang digunakan untuk mengasumsikan pergerakan piksel (alias motion flow) di sepanjang frame video. Nah, yang tadi pagi jadi pembicara di seminar tentang metode deteksi mobil adalah bapak doktor Takeo Kanade yang punya setengah model Lucas-Kanade itu. Karena menurut saya si bapak ini lumayan orang ngetop (setidaknya di dunia video processing :D ), jadilah saya dan seorang teman lab menghadiri seminar jauh-jauh ke kampus utama KAISTe, menghadiri seminar tentang seperti yang saya bilang tadi itu. Inti seminarnya adalah bagaimana metode yang dia gunakan untuk mendeteksi adanya apa yang oleh mata kita diidentifikasikan sebagai mobil (yakni ada rodanya, ada jendela, ada bentuk tertentu, dst) dari sebuah gambar. Walaupun hasilnya sangatlah lumayan mengagumkan, bagaimana si algoritma berhasil me-recognize (apa nih bahasa Indonesianya? menyadari?) semua mobil yang ada dalam satu gambar, walaupu

Jurufoto Kemabesan ke Manin-san

Kembali ke Manin-san sebagai juru foto acara Kemabesan dalam rangka menikmati liburan Chuseok.

Idul Fitri 2009, KBRI Seoul

Karena lebaran kali ini bertepatan dengan 1 Syawal, yang mana terjadi pada hari Minggu, maka inilah saatnya mengabdikan seluruh jiwa dan raga untuk mudik menuju kampung halaman di KBRI di Seoul. Berangkat malam Minggu sehabis berbuka express di rumah pak preman, sampai di KBRI jam 10 malam lebih, langsung cabs ke mushola di lantai 2, ketemu Mentri Keuangan/Dr. Cinta Kurnia. Setelah itu makan malam kalap ala alumni SMA 2 Bandung (hahahaha.. kok kebetulan sekali ya?), yakni 3 ekor ayam. Di sana ketemu juga anak-anak KAISTe yang baru pulang nonton paha wanita Korea SeonyeoShidae di Asian Song Festival. Malam itu, di sekitar KBRI, mulai dari stasiun Daebang, sudah serasa mirip kampung Indonesia saja. Belum pernah liat orang Indonesia sebanyak itu di luar Indonesia. Mulai dari depan stasiun, lalu yang foto-foto di jembatan Saetgang, yang ngumpul2 di Ankara Park, yang nongkrong di warung2 dan cafe2 sekitar KBRI... semuanya Indonesia (walaupun kebanyakan yang terdengar boso Jowo...). Sekitar

Buko basamo mahasiswo Indonesio (2009 edition)

Melanjutken tradisi buko basamo di Daejeon, 2006 , 2007 , 2008 , kali ini diadakan dengan mengundang segenap warga wilayah 2 termasuk dari Cheonan (baru ngeh, tahun 2005 tidak ada buko basamo yah, mungkin karena pesertanya cuma saya, kangmas Danu, ajudan Aguse, Hendry, Tonny dan mami, yg kesemuanya tidak punya mabes.. hehe..). Diadakan di banquet hall gedung ICC lantai 9 dengan makanan seadanya tapi tetap meriah.

Procedural Diagnosis ala Korea

Awal puasa ini, karena cuaca musim panas lumayan panas (hence, disebut musim hareudang), sedangkan di dalam ruangan ac lumayan kencang dan dingin, semuanya berpadu dengan perut yang baru saja dikosongkan, hasilnya kena flu lumayan berat. Hidung tersumbat, lanjut ke kepala pening di sisi yang sama dengan lobang hidung yang tersumbat, termasuk ingus yang dengan cerianya keluar tak kenal lelah dan tak lupa sedikit batuk. Setelah 2 kali neozep tidak mempan, akhirnya sore-sore memutuskan untuk periksa dokter di rumah sakit, itu juga setelah disuruh pulang sama si babe melihat saya berkerudung selimut di lab sambil terbatuk-batuk (mungkin juga khawatir saya terkena flu babi, walaupun saya gak pernah bobok sama babi). Karena gak tau ke mana di rumah sakit harus menghubungi dokter di sebelah mana, ternyata sama petugas resepsionisnya dimasukkan ke ruang gawat darurat. Masuk ruang gawat darurat, disuruh tunggu beberapa saat, gak lama datang deh susternya bawa-bawa pengukur suhu dan pengukur t

Agustusan di Gapcheon

Perayaan ulang tahun kemerdekaan republik Korea terjadi pada tanggal 15 Agsutus. Untuk menyambut hari itu, pemerintah setempat mengadakan acara musikal di sungai Gapcheon. Yap, di sungai, bukan di pinggir sungai. Panggungnya menggunakan sebagian daerah sungai buat acara kolosal menggunakan perahu-perahu dan rakit-rakit. Di bagian lain sungai dipasang sebuah dinding panggung berbentuk benteng istana. Alur musikalnya sendiri saya gak begitu memperhatikan, selain karena telat datang, juga lebih sibuk mencari lokasi yang cocok untuk memotret agar tidak terganggu (dan mengganggu) penonton-penonton yang sudah berjubel di sisi sungai, mulai dari yang duduk di dinding pembatas sungai yang landai hingga yang sudah menggelar tikar dari sore plus bawa makanan2 ringan seperti tokpoki, soju (siap mabuk setelah acara selesai), keripik2 etc. Selain pertunjukan musikal, sudah beberapa hari ini jembatan Expo (alias jembatan MacD, karena bentuk arc-nya mirip logo MacD) dihiasi dengan lampu-lampu kecil y

Daenanji-do

Wisata ke pulau Nanji Besar (Daenanji-do), di sebelah barat Korea, di daerah Dangjin. Untuk menuju ke sana dari Daejeon, sangatlah mudah dan cepat jika pakai mobil pribadi. Tinggal lewat jalan tol nomer 30, lewat Dangjin langsung ke pelabuhan Dobido, dari sana tinggal naik kapal ferry ke Daenanji-do, sekitar 30-40 menit sahaja. Tapi kalau naik angkutan umum, butuh waktu 5 jam. Soalnya dari pelabuhan Dobido ke terminal bis Dangjin, pakai bis kota butuh waktu 1 jam. Lalu bis antarkota dari Dangjin ke Daejeon, sekitar 2 jam karena berhenti2 dulu di Cheonan dan Asan. Pulaunya sendiri gak terlalu besar, dan masih dalam pengembangan untuk dijadikan tempat wisata. Pantainya juga lumayan luas dan bagus walaupun pasirnya tidak seputih di Jeju (dan di Bali juga kali yah, nggak pernah ke sana), tapi lumayan bersih. Lokasi: 37.05N, 126.44E

Haeundae

Rating: ★★★★ Category: Movies Genre: Science Fiction & Fantasy Ini film Korea pertama yang saya tonton di bioskop. Kenapa sampai berani-beraninya nonton film yang nontonnya pun bakal nggak ngerti? Mungkin mainly karena special effect-nya yang benar2 oke, ala Hollywood. Karena nggak ngerti bener bahasa sini, plus lagi sebagian besar mereka ngomong dengan dialek Busan ("ya" jadi "ye", "we" jadi "wa"), maka sepanjang film dicoba mengerti dengan menebak-nebak sahaja. Yang ditunggu-tunggu sih ya adegan tsunaminya datang menerjang pantai Haeundae di Busan, yang ternyata cuma beberapa menit saja dari seluruh film. Yup, mungkin inilah bedanya disaster movie ala Hollywood dan ala Korea. Kalo film Hollywood, biasanya lebih banyak dibahas soal bencananya, termasuk aksi2 penyelamatan. Di sini lebih ditekankan hubungan antar pelakunya daripada aksi2 penyelamatan oleh para boga lakon (ada yg mati pula). Spoiler alert: Jangan diteruskan kalau tidak ingin di

International Game Costume Festival 2009

Karena event ini rada jarang, dan seumur2 belum pernah nontonin cosplay (anehnya, event cosplay di Indonesia kok baru ramai pas saya cabs ke Korea), jadi diniatkan baik2 mengunjungi Coex, walaupun minggu sebelumnya sudah ke Coex juga untuk SICAF. Event-nya sendiri terdiri dari booth2 yang berasal dari toko2 penyedia kostum cosplay dan juga toko mainan yang kebanyakan isinya goods Lucky Star seperti gachapon, sarung bantal (yg harganya 400an ribu rp), dll. Juga ada toko topi2 karakter Azumanga dan Fruits Basket. Event utamanya, foto session dan kontes cosplay serta tak lupa kabaret musikal. Foto session-nya tentu saja para cosplayer dengan kostum2 yang keren2. Lalu kontes cosplay nya dimeriahkan dengan grup cosplay dari Jepang (yang ternyata banyak penggemarnya di sini... terutama si cowok cantik, disambut dengan teriakan histeris para ajussi), dan diikuti cosplayer dari Korea, Jepang dan China (yah.. karena itulah event ini bertema "International"... ^^;;; ). Kabaret musikaln

Seoul International Cartoon and Animation Festival 2009, Part 4

Foto-foto dari SICAF 2009, COEX, Seoul

Seoul International Cartoon and Animation Festival 2009, Part 3

Foto-foto dari SICAF 2009, COEX, Seoul

Seoul International Cartoon and Animation Festival 2009, Part 2

Foto-foto dari SICAF 2009, COEX, Seoul

Seoul International Cartoon and Animation Festival 2009, Part 1

Foto-foto dari SICAF 2009 di COEX, Seoul

Name of Girl for Song Title

Banyak para penyanyi pria memuja muja wanita sehingga judul lagunya pun mengambil nama wanita.. Maria, Julius Sitanggang Lenny, Chrisye Camelia, Ebiet G Ade Carrie, Europe Lea, Toto Rosanna, Toto Hollyanna, Toto Pamela, Toto Joanna, Kool and The Gang Billy Jean, Michael Jackson (Oh) Yoko, John Lennon Julia, The Beatles Rudy, Leon Haines Band Aubrey, Bread Suzanna, Art Company Mandy, Barry Manilow Lucy (in the Sky with Diamonds), The Beatles Eleanor Rigby, The Beatles (Hey) Jude, The Beatles (Sexy) Sadie, The Beatles Isabella, Search Laura, Pandu (adiknya Bayu something yang nyanyi lagu Kring Kring Goes Goes) Mrs. Robinson, Simon and Garfunkel My Bonnie (Lies Over The Ocean), folk song (?) (Lovely) Rita, The Beatles Nikita, Elton John My Sharona, The Knack (Come On) Eileen, Dexys Midnight Runners Sandy, John Travolta (dari musikal Grease) Candy, Horie Mitsuko (dari anime Candy Candy) Maria, Santana Sementara vice versa, penyanyi wanita pun ada juga yang menyanyikan lagu berjudul nama pr

Hoenam, The Other Side of Daecheong Lake

Demikian nama tokonya.. aneh sekali... Sehubungan bakar-bakaran ayam di KAIST palsu mendadak dibatalkan, jadi saya putuskan jalan-jalan ke Secheon Park di kaki gunung Sikjang yang katanya ada danau dan pepohonan indah. Dengan berangan-angan duduk bersantai di sisi danau sambil memandang cewek korea ber-hotpants suasana alam yang segar, nyatanya sisi danaunya berupa tebing yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar, sehingga apa yang ada dalam angan-angan hanyalah impian semata. Akhirnya diputuskan untuk meneruskan perjalanan ke ujung bis kota Daejeon dua digit. Bis kota dengan nomor rute dua digit diberi nama "maeul bus" alias bis desa, sebagaimana namanya, menghubungkan kota Daejeon dengan desa-desa kecil di sekitarnya. Dari Secheon Park, kita bisa naik bis nomer 63. Setelah meyakinkan pak supir bahwa saya tidak salah jurusan, bukan mau ke Daejeon tapi ke ujung bis yang satu lagi, akhirnya pak supir membawa kami menjalani rute bis 63, sebagian besar di sisi sebelah selatan

5 Recommendations of Culinary, Daejeon

Jikalau anda sempat-sempatnya mengunjungi kampung sawah besar di tengah-tengah semenanjung Korea, saya rekomendasikan untuk memuaskan hawa nafsu duniawi anda di lima tempat berikut ini: 1. Sindo Kalkuksu Restoran kalkuksu yang terletak di pelosok Eunhaengdong, sekitar beberapa ratus meter saja di sekitar Daejeon station. Di dinding restoran digantung beberapa mangkok yang digunakan di restoran itu sejak tahun 50an, mulai dari mangkok yang mirip baskom kecil dari kaleng, hingga mangkok metal yang digunakan saat ini. Kuah supnya (kuksu) menggunakan resep turun temurun yang diciptakan oleh si harmoni pendiri restoran, sebagaimana ditampilkan di dinding sebelah lain dari restoran. Menu utamanya adalah satu mangkuk kalkuksu, yaitu mih dengan kuah dengan kaldu ikan, seharga 3,500 won. Kita juga bisa memesan dubuduri chigi, yaitu dubu (tahu), bawang2an, dan cumi-cumi yang dimasak dalam kuah pedas seharga 7,000 won. Selain memakannya secara terpisah, dubuduri chigi juga bisa ditambah

Seonyu Island

Karena sudah terasa musim panas, jadi mencoba jalan-jalan ke pantai, malah keterusan ke pulau. Pulau bernama Seonyu-do ini terletak di lepas pantai kota Gunsan, sekitar 1,5 jam perjalanan naik mugunghwa dari Seodaejeon, sedangkan pulaunya sendiri sekitar 1,5 jam perjalanan naik ferry dari Gunsan terminal. Di Seonyu-do kita bisa menyewa sepeda buat keliling pulau plus mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya yang dihubungkan dengan jembatan. Pantainya sendiri tidak seputih dan sebiru di Jeju (apalagi di Bali, katanya sih, saya kan belum pernah ke Bali) dan cukup sulit menemukan makanan selain sea food mentah. Saatnya berhemat... -_-

Bis kota Daejeon

Melupakan sejenak hidden Markov model...saya ingin sedikit cerita tentang bis kota di Daejeon. Di negri serba teratur ini (kecuali ajuma-ajuma yang suka nyebrang jalan sembarangan ^^;;;), transportasi umum lumayan nyaman digunakan. Terutama bis kota, yang nyaris jadi mobil pribadi saya buat jalan-jalan keliling kota walaupun tak sampai bisa duduk di samping pak supir yang sedang bekerja mengendarai bis supaya baik jalannya. Rute bis kota Daejeon boleh dibilang mirip rute angkot di Bandung: dari tengah kota sampai ke pinggir kota, dari tengah gunung sampai ke pinggir sungai, semua ada. Tentu saja, untuk beberapa rute kita harus transit (cieh, transit) dari satu rute ke rute lain, juga terkadang harus jalan beberapa puluh meter untuk mencapai halte bis terdekat, termasuk juga menunggu bis nya datang. Untungnya bis kota Daejeon lumayan tepat waktu. Di hampir tiap halte kita bisa melihat bus apa yang akan datang berapa menit lagi dan posisi terakhir ada di mana. Kebanyakan bis datang sek

Cheongnamdae, Presidential Retreat

Seperti di Indonesia, presiden Korea pun punya tempat2 peristirahatan di luar ibu kota. Kalau yang satu ini letaknya di tengah hutan, di kaki gunung, di pinggir danau (semuanya nyampur, bingung dah..). Tempat bernama Cheongnamdae ini letaknya sekitar 30 menit (20 menit kalau sopir nya ngebut) dari kota kecil Muneui di sisi sebelah utara danau Daecheong, sekitar 20 km lebih dari Daejeon. Untuk menyambangi Cheongnamdae, kita mau tak mau harus menaiki bis yang khusus disediakan dari Muneui ke sana, tersedia setiap 20 menit, karena aturannya demikian. Ongkos pulang pergi 2,400 won dan tiket masuknya sendiri 5,000 won. Pergi ke Muneui sendiri cukup merepotkan kalau gak punya kendaraan sendiri. Mesti naik bis desa Cheongju yang tersedia 1 jam sekali dari Sintanjin, sebelah utara Daejeon. Si Cheongnamdae ini dulunya tempat presiden Korea menikmati libur musim panas, tapi kemudian dibuka untuk publik oleh presiden Roh (serem banget namanya). Begitu turun bis, kita akan disambut guide yang menj

(maksudnya pergi ke) Floritopia 2009

Tapi namun apa daya nasib tidak beruntung. Tadinya diajak kunjungan gratis ke Floritopia di Anmyeon-do dari Asan, bareng para pekerja2 Korea, Filipina, Bangladesh, etc etc (Indonesia juga). Ternyata malah mutar balik gara2 macet, akhirnya diarahkan ke pantai (sekitar Anmyeon-do sepertinya, tapi entah di mana) dimana sebuah Tanah Lot-wannabe berada dan dilanjutkan ke gunung entah apa di sekitar sana juga. Plus menyaksikan 2 kakek-kakek Korea brengsek yang mabok di dalam bis yang teriak-teriak minta norebang akhirnya diturunkan di tengah jalan. Memang alkohol itu sumber dari segala maksiat...

Bomun Mountain

Sehubungan hari ini hari anak nasional (Korea) dan tidak hujan, maka saya putuskan untuk jalan-jalan hiking di gunung. Kali ini korbannya adalah gunung Bomun (Bomunsan) di selatan Daejeon yang punya dua puncak (alias dua gazebo di titik paling atas) yang satu puncak Bomunsan-nya, yang satu lagi Bomunsan Fortress (Bomunsan-seong). Jaraknya masing-masing terpisah 1.2 km. Di kaki gunung ada plaza tugu pahlawan mengenang para pejuang PBB merebut Daejeon dari cengkraman Korut. Dan di bawahnya lagi ada tempat wisata (amusement park) plus taman renang seperti Karang Setra, yang dua2nya sudah dismissed, hanya tinggal kenangan, termasuk gondolanya. Waktu tempuh: 4 jam sahaja pulang pergi (+ ambil napas, makan tomat, foto2). Pulangnya salah naik bis, menyasarkan diri di depot subway Daejeon.

Seoul Motor Show, The Girls

Warning: banyak udel dan paha, jadi kalau tidak berkenan di skip saja entry ini

Seoul Motor Show

Kunjungan ke Seoul Motor Show di Kintex, di ujung line 3 di Daehwa, nun jauh di sana. Setelah menempuh jalan darat 30 menit dari dorm ke stasiun bis Daejeon, lalu 1.5 jam naik bus dari Daejeon ke Gangnam, dilanjutkan naik subway selama 1 jam lebih dari Gangnam akhirnya sampailah ke Daehwa. Setelah makan siang dan menemukan bos Hadi, dilanjutkan dengan naik shuttle bus gratis dari Daehwa station ke Kintex, tempat nan sungguh besar. Setelah bayar tiket 9.000 won (setelah masuk, kalau keluar mesti bayar lagi), dengan wejangan satu kata dari ibu mabes: "Paiting!", berikut adalah foto-foto dari Seoul Motor Show. Kunjungan di akhiri dengan makan gratis di KBRI ketemu pak Menristek yang me-reveal kepanjangan dari Kuku Bima adalah "Kurang Kuat Bini Marah". Dan sampai kembali ke Daejeon jam 2 pagi, setelah bernegosiasi sama sopir taksi van (yang ternyata sudah pernah liburan ke Jakarta dan Bali -damn, saya aja belon pernah ke Bali!-) yang bersedia mengantar dengan bayaran ya

Taksi Daejeon

Kutukan Daejeon ada 2: Norebang dan Taksi. Pas hari pertama datang ke Daejeon, malamnya langsung diculik ke norebang, dan dalam satu hari itu naik taksi 4 kali: 1) dari halte bis airport ke kampus, 2) dari department store ke kampus, 3) dari tempat norebang ke tempat orang korea melakukan ronde ke-3, dan terakhir, dari sana ke kampus. Makanya, sejak saat itu jadi lengket sama yang namanya norebang (walaupun sekarang sudah jarang... -_- ) dan taksi. Taksi Daejeon, sebagaimana umumnya taksi, berupa sedan, kebanyakan rada-rada lumayan sedan tipe yang bagus bagus (macam sonata, avante, lotze, etc.), mungkin karena ada kebijakan pemerintah yang mensubsidi peremajaan taksi buat membantu para pengusaha pabrik mobil (mungkin, tidak pernah dikonfirmasi kemana pun, cuma asumsi...). Mungkin karena kondisi jalan yang cantik, gak seperti di kota B di negara I yang hanya baik pada saat ada kunjungan pejabat dan sehabis pemilu dan bukan musim hujan, sopir-sopir di sini cenderung mengemudikan kendar

Sintanjin

masih kecil kecil Festival bunga sakura (entah benar entah tidak, anggap saja begitu) di halaman dan sekitar kantor Korea Tobacco & Ginseng (KT&G) di Sintanjin, sebelah utara Daejeon. Selain ada kejuaraan Samulnori (tari-tarian pakai kendang dan leher digual-geol sehingga tali yang ada di topinya berputar-putar), juga ada panggung gembira, arena mainan tradisional, stand-stand bazaar yang menampilkan beragam seni prakarya, permainan tradisional dan makanan/minuman tradisional, juga stand-stand dagangan di pinggir jalan menyajikan makanan minuman berat dan ringan, arena ketangkasan, sampai assesori wanita dan toko serba seribu. Sakura-sakuranya sendiri benar-benar bermekaran karena pohon-pohonnya besar-besar. Cucok buat dijadikan studio foto dadakan. Postingan terkait ada di sini: http://hafizsan.multiply.com/photos/album/67/festival_sakura_ktg_sintanjin dan di sini http://valnuri.multiply.com/photos/album/55/Sintanjin_Festival ああ さくら満開 ねえ さくら満開 好き遇ぎるわ もう あなた以外の人は 目にも映らないみたい

Traditional Village Jeonju

Jalan-jalan ke Jeonju diajak ibu mabes mengunjungi desa tradisional Jeonju dan menikmati bibimbap pacileuhan serta menikmati dinginnya musim semi

Cara membikin arak ala Korea

Proses pembuatan wine alias arak alias khamr ala Korea yang disajikan di museum harom, eh museum wine Korea di Jeonju

Belajar high dynamic range

Melihat foto2 high dynamic range (hdr)-nya bos Hadi , dan melihat foto2 hdr lain di internet, saya jadi kepingin nyoba juga, dan akhirnya menyadari fungsi bracketing di kamera (ternyata selama ini kurang menggauli...:D ). Jadi intinya, seperti yang diberitahu di sini , kita menggabungkan beberapa foto dengan tingkat eksposure (exposure di bahasa Indonesia-in jadi apa ya..) yang berbeda-beda, lalu di atur tone mapping-nya (ya semacam itu lah, selanjutnya baca saja di wiki atau di mana tentang hdr ini) hasilnya seperti yang ada di sini. Ternyata bermanfaat untuk melawan cahaya terang dan membirukan langit seperti menggunakan filter circular polarize kata pak hulubalang Hendry (btw, itu filter udah lama gak dipake...). Di sini ada 4 foto. Foto pertama aslinya, foto kedua hasil gabungin 3 foto, hasilnya langitnya jadi lebih jelas. Foto ketiga aslinya, foto keempat hasilnya latar depan rumah-rumahnya jadi gak gelap dan langitnya tetap bagus. Masih harus belajar... biar lebih bagus.... dan

Lausanne Trip

Perjalanan satu minggu alias 7 hari 8 malam ke Lausanne, Swiss sebagaimana yang wisata kulinernya sudah saya sampaikan di sini dan foto-foto kelayapan malam hari nya ada di sini , berikut ini adalah foto-foto selama perjalanan. Walaupun pas berangkat di Incheon dan sampai di Paris cuaca cerah, tapi pas mau ke Geneva kena delay karena katanya ada salju deras di sana, akhirnya telat 1 jam sampai Geneva. Lebih keren lagi, ternyata pas sampai Geneva... kok... koperku tak ada di mesin bagasi yg muter2 itu... pas di tanya ke kantor kehilangan, ealah, ternyata masih nyangkut di Paris... XD Akhirnya diberitahu bahwa kopernya akan diantarkan sampai hotel tujuan di Lausanne, dan langsung cabut naik kereta. Yah, ada untungnya juga sih, jadi gak usah repot2 malam2 di tengah salju narik2 koper dari stasiun kereta ke hotel. Masalahnya, pas besoknya, di Paris justru kena badai salju (terusan dari Inggris kayaknya)! Akhirnya koperku malang ngendon satu hari di Paris. Akibatnya, malam Selasa mencuci k

Wisata Kuliner Lausanne, Part Deux

Dibandingkan kali pertama , wisata kuliner kali ini lebih mendingan. Kalau dulu setiap malam makan kebab, kali ini ada peningkatan sedikit (juga peningkatan biaya sedikit karena nilai tukar won terhadap franc semakin lemah... sedihnya...), walaupun tetap hampir tiap malam juga makan kebab yang sama di warung yang sama, sehingga saya pikir si bapak berwajah keturki-turkian itu jangan2 menanti saya tiap malam... :D Tapi demikian pun, makan siangnya juga lumayan mendingan, meski di hari Senin tetap makan kebab dibungkus kulit, dan malamnya kembali makan kebab. Karena diberi voucher makan siang bernilai 20 franc sehari, makan siang bisa agak2 mewah. Hari Selasa makan siang dengan ikan trout rebus dengan kentang dan wortel kukus. Ikan trout-nya sih biasa-biasa saja, tapi bumbu wortelnya lumayan enak. Malam? Kebab lagi ^_^. Hari Rabu, makan chicken cutlet dengan makaroni dan saus tomat dilengkapi dengan sayur kol yang di-mashed. Malamnya? Tidak kebab! Soalnya ikut acara social event naik p